tabloidbongkar. com -Apa Arti Larangan di Lawang Sewu?
Sejarah Singkat Lawang Sewu
7 Larangan di Lawang Sewu – 2024
No 1. Syuting Berbau Mistis: Untuk Merubah Citra Horor yang Lama Tersemat
No 2. Berbicara Sembarangan: Hal Tak Semestinya Siapapun Lakukan
No 3. Membuang Sampah Sembarangan: Dapat Mengganggu Pengunjung Lain
No 4. Melamun atau Berpikiran Kosong: Dipercayai Akan Terasuki Hal-hal Goib
No 5. Merusak Bangunan dengan Sengaja: Bukan Hal Terpuji, Sebaiknya Harus Anda Hindari
No 6. Mencuri Aset Museum: Bikin Masuk Penjara dan Menghilangkan Jejak Sejarah
No 7. Berpakaian Tidak Sopan: Bentuk dari Menghargai Diri Sendiri
Larangan mempunyai arti hal-hal yang tak boleh dilakukan atau ungkapan agar seseorang tidak melakukan hal tertentu. Kata “larangan” juga dapat Anda artikan sebagai perintah di mana seseorang harus menaati aturan yang berlaku di suatu tempat.
Larangan dapat berbentuk tulisan maupun tidak tertulis. Merujuk pada larangan di Lawang Sewu, ini berarti ada kaitannya dengan setiap hal yang tidak boleh siapapun lakukan ketika berkunjung ke bangunan bersejarah itu.
Karena pada dasarnya, Lawang Sewu adalah bangunan bersejarah yang sangat dijaga keasliannya. Meskipun di tempat tersebut tidak tersedia larangan tertulis, namun pengunjung biasanya akan menyadari larangan tak tertulis itu.
Apakah Plesirmania penasaran dengan larangan di Lawang Sewu apa saja? Tim Plesir akan menjabarkan untuk Anda di bagian pembahasan berikutnya. Kalau mau tahu, baca terus artikel ini sampai part penutup, ya! Mari simak bersama!
Sejarah Singkat Lawang Sewu
Menurut Ria A dan Sumiyatun (2016), Lawang Sewu termasuk objek wisata yang terdapat di Kota Semarang bersama dengan objek wisata lain. Contohnya, Masjid Agung Jawa Tengah, Museum Ronggo Warsito, Klenteng Sam Poo Kong, dan sebagainya.
Arti Lawang Sewu sendiri yaitu seribu pintu. Asal-usul Lawang Sewu ini sebenarnya tidak berkaitan secara langsung dengan jumlah pintu yang banyak di bangunan tersebut. Nyatanya, hanya terdapat 928 pintu saja. Dahulu orang Jawa sering menyebutkan sesuatu yang banyak dengan kata “sewu”. Jadilah bangunan yang banyak pintunya ini disebut sebagai Lawang Sewu.
Bangunan bersejarah tersebut tidak semata-mata dibangun tanpa alasan. Jaman dahulu, bangunan ini berfungsi sebagai kantor administrasi kereta api Belanda yang disebut Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij.
Kemudian, berdasarkan cerita sejarah yang beredar, Lawang Sewu dahulunya tidak Belanda bangun secara bersamaan. Misalnya gedung A, ini dibangun pada 1904-1907. Lain lagi dengan gedung B, D, dan E yang pemerintah bangun di tahun 1916-1918 kala itu.
Sementara itu, beberapa arsitek yang bertugas dalam pembangunan gedung bersejarah ini antara lain Ir. P. de Rieu, J. F. Klinkhamer, B. J. Ouendag, serta Thomas Karsten. Tercatat ada empat arsitek yang ikut mengembangkan bangunan tersebut.
Pada satu kompleks gedung dari A sampai dengan E berdiri tegak tiga lantai. Dua lantai pertama terdiri dari kantor, sementara lantai ketiga merupakan loteng. Kemudian, ada juga lorong bawah tanah, sumur, dan lain-lain.(Red. tb)