tabloidbongkar. com -Kanker nasofaring adalah jenis kanker yang tumbuh di area belakang hidung dan atas tenggorokan (nasofaring) kata dokter Ngabila Salama Praktisi Kesehatan Masyarakat melalui tulisan nya kepada kami tabloidbongkar. com. Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor risiko utama yang sering dikaitkan dengan penyakit ini:
1. Infeksi Virus Epstein-Barr (EBV)
• EBV adalah virus yang sering dikaitkan dengan kanker nasofaring. Virus ini bisa menyebabkan perubahan genetik pada sel-sel nasofaring, yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker.
2. Konsumsi Makanan yang Diawetkan, Termasuk Ikan Asap
• Makanan yang diawetkan dengan garam, seperti ikan asap, ikan asin, dan daging olahan, mengandung nitrosamin dan senyawa karsinogenik lain yang dapat meningkatkan risiko kanker nasofaring.
• Pajanan nitrosamin dalam jangka panjang dapat merusak DNA sel-sel di nasofaring, yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker.
3. Faktor Genetik dan Riwayat Keluarga
• Jika ada anggota keluarga yang pernah mengalami kanker nasofaring, risiko seseorang untuk terkena penyakit ini juga meningkat
4. Paparan Polusi dan Zat Berbahaya
• Sering terpapar asap kayu bakar, asap rokok, dan zat kimia berbahaya seperti formaldehida dapat meningkatkan risiko kanker nasofaring
5. Merokok dan Konsumsi Alkohol Berlebihan
• Meskipun rokok dan alkohol lebih banyak dikaitkan dengan kanker tenggorokan dan paru-paru, kebiasaan ini juga bisa meningkatkan risiko kanker nasofaring.
Apakah Makan Ikan Asap Bisa Menyebabkan Kanker Nasofaring?
• Ya, jika dikonsumsi secara berlebihan dalam jangka panjang.
• Ikan asap mengandung nitrosamin, yang merupakan zat karsinogenik (pemicu kanker).
• Risiko lebih tinggi jika konsumsi dimulai sejak kecil, seperti yang ditemukan dalam pola makan masyarakat di beberapa daerah di Tiongkok dan Asia Tenggara, di mana angka kanker nasofaring cukup tinggi.
• Namun, jika dikonsumsi sesekali dan dalam jumlah wajar, risikonya lebih kecil dibandingkan jika makanan ini menjadi bagian utama dari pola makan sehari-hari.” kata Ngabila.
Untuk mengurangi risiko, sebaiknya batasi konsumsi makanan yang diawetkan, tingkatkan asupan buah dan sayuran, serta hindari faktor risiko lain seperti merokok dan paparan polusi.” tutup Ngabila. (Red. tb)