“Ini (kelangkaan beras) memang sedang kita tangani. Kemarin ada panik membeli lah, ada orang kemudian menimbun. Saya minta sekarang segera dinormalkan kembali,” kata Pramono di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (3/9/2025).
Dia pun berharap dalam waktu dekat persoalan kelangkaan beras, terutama beras premium, dapat teratasi dengan baik.
Sebelumnya, Pramono mengatakan stok pangan di DKI Jakarta aman hingga Oktober 2025 dan tidak mengalami gangguan imbas unjuk rasa di Jakarta beberapa waktu lalu.
Pernyataan tersebut sekaligus menjawab rumor yang sempat beredar, yang menyebutkan Jakarta mengalami masalah pangan.
“Kemarin sempat beredar rumor pangan akan menjadi masalah. Di Jakarta, pangan cukup, bahkan sampai Oktober akhir. Pangan di Jakarta sangat mencukupi,” tegas Pramono.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta Hasudungan Sidabalok.
Dia memastikan stok beras dan pangan lainnya, seperti daging sapi, daging ayam dan telur di Jakarta aman hingga Oktober 2025.
Dia menemukan ketersediaan beras sebanyak 303.297 ton, atau melampaui kebutuhan, yakni 156.745 ton. Kemudian, stok daging sapi mencapai 40.418 ton, melebihi kebutuhan, yakni 11.999 ton.
Begitu pula dengan stok daging ayam yang mencapai 74.940 ton, sementara kebutuhan hanya 30.176 ton.
“Juga telur ayam, (kebutuhan) 19.525 ton, ketersediaan 21.478 ton. Jadi, telur mungkin karena masa simpannya tidak selama itu, maksudnya cepat busuk,” jelas Hasudungan.
Pangan lainnya juga dipastikan stoknya aman, di antaranya cabai merah keriting (stok 10.641 ton melebihi kebutuhan 5.595 ton) dan bawang merah (stok 8.688 ton melebihi kebutuhan 4.677 ton).
Sementara itu, terkait kekosongan stok beras di beberapa tempat, termasuk mini market, Hasudungan menuturkan itu terjadi karena pasokan yang berkurang akibat harga gabah di tingkat petani meningkat serta maraknya kasus beras oplosan.
Kendati demikian, dia memastikan stok beras berkelanjutan-angsur normal.
“Harga gabah di tingkat petani itu juga meningkat. Jadi, memang secara pasokan juga agak berkurang. Kemudian dipicu juga kemarin masalah pengoplosan beras. Jadi, masih banyak penjual beras atau distributor beras yang menghentikan kegiatannya,” tutur Hasudungan. (SP. Tb)