“Meskipun produksi Oktober-Desember 2025 masih potensi, kenaikan dua digit ini termasuk prestasi luar biasa. Amat jarang produksi beras bisa naik lebih dari 5 persen. Karena itu, apresiasi perlu diberikan kepada Mentan Amran Sulaiman dan seluruh jajarannya,” ungkat Khudori, Jakarta, Senin (24/11/2025).
Capaian ini, kata Khudori, membuat tekad pemerintah untuk tidak menugaskan Perum Bulog mengimpor beras yang diputuskan pada akhir tahun lalu, bisa terpenuhi. Tentu saja, capaian ini cukup membanggakan, termasuk bagi Presiden Prabowo Subianto
“Namun, yang patut diingat, tidak menugaskan Bulog mengimpor beras bukan berarti Indonesia tidak akan impor beras. Karena untuk beras khusus oleh swasta, kemungkinan tetap berlangsung. Tidak ada larangan untuk itu,” jelasnya.
Kenaikan produksi beras 2025 yang cukup signifikan, menurut Khudori, karena tiga hal. Pertama, low base effect. Yakni, produksi beras 2024 adalah terendah sejak 2018. Ketika posisi awal berada di level pertumbuhan rendah, maka setiap kenaikan akan tinggi secara persentase.
“Yang istimewa, kenaikan tinggi kali ini, bukan hanya dari sisi persentase, namun juga dari tingkat produksi yang telah melampaui tahun 2018 yang mencapai 33,94 juta ton beras,” ungkap pegiat Komite Pendayagunaan Pertanian dan AEPI (Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia) itu. .
Kedua, kata Khudori, seluruh sumber daya (terutama anggaran dan SDM) Kementerian Pertanian (Kementan) tahun ini difokuskan pada beras dan jagung. Dalam konteks ini, termasuk penambahan volume pupuk bersubsidi menjadi 9,55 juta ton dengan mekanisme penyaluran yang sederhana. “Ini memungkinkan petani mengakses pupuk bersubsidi lebih mudah.” tukasnya.
Ketiga, berkah alam. Sepanjang 2025 sebagian besar wilayah di Indonesia mengalami hujan tiada putus. Termasuk di sentra-sentra wilayah produksi padi. Wilayah yang biasanya tak bisa diusahakan, misal sawah tadah hujan, bisa ditanami. “Alhasil, luas panen pun naik tinggi hingga 1,3 juta hektare atau tumbuh 12,98 persen. Karena kombinasi dua faktor itu, kalau produksi tidak naik ya amit-amit,” kata Khudori.
Sedangkan untuk konsumsi pada tahun ini, lanjutnya, diperkirakan mencapai 30,9 juta ton. Produksi dikurangi konsumsi, masih ada surplus beras sebanyak 3,87 juta ton. Capaian ini merupakan surplus tahunan tertinggi sejak 2019. Hanya kalah dari 2018 yang mencapai 4,37 juta ton beras.
Namun demikian, ada catatan penting dari angka-angka produksi padi atau beras 2025. Pertama, kenaikan produksi disumbang penambahan luas panen, dari 10,05 juta hektare pada 2024, menjadi 11,36 juta hektare pada 2025.
“Kedua, produktivitas mencapai 5,31 ton gabah kering giling (GKG) per hektare. Memang naik dari produktivitas tahun 2024 (5,28 ton GKG per hektare), tetapi kenaikannya hanya 0,45 persen,” terangnya. (ARD. Tb)
